Kontemplasi Buku

Buku. Sekumpulan kertas berisi rangkaian huruf yang berpanjang-panjang terurai menjadi alinea. Dari alinea yang dibingkai melalui bermacam-macam ideologi sang penulis itulah lahir, mungkin motivasi, gagasan, dendam, gairah, atau apalah sekehendak si pembaca, bagaimana dia mengintepretasikan kandungan buku yang sedang dibacanya.

Seperti fashion. Dunia perbukuan juga terus-menerus mengalami pembaruan. Kadang diselingi aksi plagiarism, dimana ada satu buku meledak dipasaran, maka penulis atau penerbit lain berbondong-bondong meniru jejaknya. Seperti halnya ketika buku Ayat-Ayat Cinta (Habbiburahman El Shirazy, 2005) laris manis, bahkan film layar lebarnya juga masuk box office industri film Indonesia, momentum itu digunakan beberapa penulis yang menggunakan nama akhiran ”....Rahman El Shirazy” dan layout buku hanya memperlihatkan mata yang ditutup oleh cadar. Hal serupa juga dialami oleh novel Laskar Pelangi (Andrea Hirata, 2006) ketika novel motivasi pendidikan itu meledak dipasar, muncul pula buku yang menggunakan layout serta tipografi yang serupa, namun soal konten buku, entahlah, karena saya tak mencoba membacanya.

Buku seperti apa yang kini mendominasi rak bestseller di toko buku langganan saya? Buku motivasi-lah jawaban saya. Macam-macam motivasi ada disana. Motivasi bisnis, enterpreneurship, religiusitas, psikologi, kebahagiaan, pengembangan karakter, dan sebagainya. Penulisnya juga bukan cuma satu, mulai dari penulis lokal hingga internasional ada disana. Dimana pengunjung yang hendak membeli buku, terutama buku motivasi bebas memilih buku apa yang hendak dibawa pulang. Tergantung permasalahan yang dihadapi, dan berharap permasalah tersebut dapat diselesaikan dengan masukan tahap demi tahap yang dituliskan oleh sang penulis.

Namun, seringkali realitanya buku motivasi menawarkan jalan keluar yang absurd, setidaknya menurut saya pribadi. Saat remaja saya kehilangan percaya diri, maka disaat tidak ada yang mampu memberikan solusi, saya memutuskan membeli buku-buku kategori SelfHelp. Sudah lebih dari satu buku yang saya baca, namun tidak membawa hasil yang nyata. Kalaupun ada hasilnya, maka itu butuh waktu yang tidak sebentar. Bagi beberapa orang, buku motivasi, jenis apapun itu, merupakan media untuk berkontemplasi serta introspeksi bagi upaya koreksi diri.

Semarang. Medio Juni 2009

Komentar