Dua Juga Tiga


~ Dulu awal masa, kerap sekali aku berhitung. Berhitung hari, mencoretnya dengan spidol merah. Satu garis berarti aku tak perlu harap-harap cemas menantinya pulang.

~ Dari satu menjelma dua. Dua menjelma tiga, hingga genaplah enam puluh. Angka yang lumayan jika aku terus menggores garis satu per satu. Cukup lama namun tak urung buatku bosan menunggunya datang.

~ Dia tak pernah ingkar janji. Selalu genap enam puluh. Tak kurang juga tak lebih. Bagaimana jika kereta mangkir? Sedang aku kadung menunggu di peron, lintasan satu masih tetap lengang? Aku harus pulang lewat jalan yang sama, terlihat lebih ramai saat aku begitu sepi.

~ Pulanglah segera. Karena disinilah rumahmu. Bukan ditengah pencakar langit, disela asap pekat. Ramai memang? Tanyakan pada hatimu? Apa hatimu juga begitu?

Semarang. Welcome Home. 2009


Komentar