
Keheningan yang mencekam
dibalurkan puing-puing bangunan tua tak bertuan
namun aku tak ambil pusing
dan memilih duduk tercenung disudut gereja tua berkubah
yang kutunggu tak jua datang
sedari siang hingga petang perlahan menjelang
lalu tanganku bergerak menarikan larik-larik puisi
pun tak jenuh merekam sisa senja di sudut kota tua
// Kau khianat
Menjelang malam aku tetap dalam sendiri
Hanya sesekali terdengar gemuruh tawa pedagang kaki lima
hilir mudik waria berwajah muram di ujung gang remang
// Kau khianat
Sejak kau tikam episode larungmu bilangan tahun lalu
Selama itu pun aku berkirim pesan
Tak terhingga
Aku bisikkan lewat apa saja, Adakah sampai padamu?
Atau kau sengaja alpa?