Hallo sahabat PUISI LOKAL, kembali lagi saya mau memperkenalkan tulisan lama saya yang ditulis beberapa tahun lalu, saya beri judul Gundah Gulana untuk puisi yang satu ini. daripada usang ditelan rayam dibuku mendingan saya bagikan kepada rekan-rekan pembaca sekalian, semoga Anda menyukainya. Menceritakan sebuah perenungan disaat sendiri dan mencoba untuk bangkit melawan getirnya takdir. Oke selengkapnya silahkan beri nilai oleh Anda masing-masing.
![]() |
Credit by: aws-dist.brta.in |
Gundah Gulana
oleh: Cepi Ali Anwari
Sendiri termenung disudut bangunan kecilTerisolasi dari riuhnya dunia luar sanaHanya terdiam membungkam padamSendiri saja bertemankan angin berhembus disela jendela
Membisu memcoba menutup mataMemandang kearah lain yang penuh sukaDuka merana merajalela merajai indraInginku suka, bukan duka merana
Tak ada suara selain detik jam pertanda kehidupanMengingatkan akan penderitaan kian panjangMenghantam dalam-dalam dikegelapan malamIngin segera pagi, bukan gelap menghantui
Masih saja sendiri disudut bangunan kecilMata sayu memandangi cerita diriSendiri renungi diri yang tak memberi artiInginku kau mekar, bukan layu seperti ini
Mulailah menghirup sisa-sisa kehidupan pagiNamun tetap saja sendiri dalam sunyiBukan ini mauku sunguh bukan iniInginku bersamamu, bukan sendiri dalam sepi
September, 2012
Simak juga puisi keren lainnya: Puisi Aku
Nah itulah puisi pendek berjudul Gundah Gulana yang pernah saya tulis 3 tahun silam. Sengaja saya posting di blog PUISI LOKAL agar jika suatu saat ingin bernostalgia membacanya kembali bisa dilakukan dari mana saja dibelahan dunia. Hehe...