Apresiasi Puisi Karya Penulis Lokal

PUISI LOKALKumpulan Puisi Tentang Kematian Terbaru. Hari Ini saya sajikan dari seorang penulis puisi bernama Ilham Budiman. Beliau beraktivitas sebagai pengelola sebuah majalah indiependen KALAM. Saya tertarik mengangkat karya beliau karena sungguh sangat menggugah rasa ketika menikmatina. Berikut ini beberapa Puisi Religi Kematian karya beliau. Selamat menikmati!

kumpulan puisi lokal terbaru
Sumber gambar budaya.rimanews.com


Ruh (2012)

Ruh yang dapat ditebas setiap saat,
Sebab kenamitan begitu dekat.

Risalah Maut (2013)

Pada malam terakhir itu, ia berkata:
“Setelah ini apa yang kau tuju?”
“Surga?”
“Taman indah bernama Jannatul’adn?”
“Bukan, bukan itu”. Jawabku.
“Lantas?”
“Kematian. Ya, sebab kita begitu dekat dengannya”.
Kemudian, kita lenyap tertelan maut.
Dan entah akan kemana.

Tarian Sufi (2013)

Secepat kilat dibalik jubah itu berputar
Pada tubuh-tubuh suci yang bergetar
Hati religinya berdebar
Pada jiwa yang tak pernah ingkar.

Dalam makrifat cinta;
Ia bersanandung rindu dalam kalbu
Mungucap mantra doa pada sang Ilahi,
Mendekap asa pada risalah-risalah Rumi.

Dalam jurang kerinduannya,
Ia terperosok dalam lembah ekstase
Setengah haru dalam cawan
Menyatukan perasaannya dengan Tuhan.

Ruhku 
oleh Asti Supriyah

Seonggok daging busuk itu aku
Aku yang tak ada apa-apanya tanpa kau
Ruh yang rela bersemayam dalam diri iini

Pantaskah aku masih sombong?
Pantaskah aku masih dengki?
Sungguh hina!

Entah kapan kau akan lelah berdiam dalam diri yang busuk ini
Kepergianmu akan segera tiba
Aku tinggal menunggu waktu
Saat  kau pergi meninggalkanku
Ruhku

Saat Senja Datang (Asti Supriyah)

Saat senja datang
Nelangsa menghampiri
Rindu itu kembali menjerat
Saat raga tak mampu bercengkrama

Kau datang dengan cahaya
Saat aku tenggelam dalam gelombang nista
Bahagia, gelora itu mengudara
Kedatanganmu kunanti
Kepergianmu menyakiti

Asti Supriyah merupakan seorang mahasiswi yang tengah mengenyam pendidikan di Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung.

Segelas Kopi dan Cokelat Panas
oleh Nurul Lutfia

Di meja makan ini, tersaji sekerat roti
Dan segelas cokelat panas
Kau tak pernah memintaku menuangkan cokelat
Juga tak pernah membiarkanku memoles roti dengan selai kesukaanmu
Kau malah menyeduh kopi pekat mengaduknya dengan airmuka
Yang tak pernah bisa kutebah
“bisakah kau menykai kopi, sedangkan yang biasa kau minum adalah cokelat hangat?”
Kau katakan itu dengan tergesa.
Aku menyudahi diri mencecap harum cokelat
Lantas menebak-nebak rasa yang kau taruh
Dalam seangkir kopi hangat.
Kau benar, aku tak pernah menyeduh kopi sendirian
Tapi keterbiasaan akan memaksaku
Melenyapkan rasa getir yang ia hadirkan
Waktu akan melenyapkan pahit ingatan kita
Juga segala hal yang tak bisa kutukar.
 
Cirebon, 17 Februari 2014

Kehilangan
oleh Nurul Lutfia

Aku kehilangan diriku dan engkau saja
Adalah kehilangan yang begitu seluruh.
Jiwaku menjelma iblis yang gemar berdiam diri
Bercokol di mata dan batinku.
Yang kemarin kau temui didepan cermin
adalah tubuhku yang ringkih penuh perih merintih
Terpasung gelap dan gigil
Sebuah ruang bernama kehampaan.
Kemana lagi arah yang mesti kutuju
Jika di segala penjuru masih belum kutemui engkau?
Di depan pintu rumahku aku menghukum diri
Untuk terus menunggu
 
Bandung, 4 Februari 2014

Sajak Tengah Malam
oleh Nurul Lutfia

Kesunyian menjadi larik-larik sajak ini
Bait-baitnya adalah sesal yang terpilin di udara
Kutulis sajak ini dengan mata terpejam
Mereka ulang siang-siang yang ramai.
Pelan-pelan ku hitung
Hati-hati penuh sepi berkali-kali.
Aku yang belum tuntas mengeja namamu yang maha
Semantara utopia masih kurapalkan disudut-sudut doa.
Aku seperti lupa langkah waktu
Masih buru-buru menyusulku.
Engkau masih begitu jauh, sampaikah aku?
Detik jam terus menikamku diam-diam
Aku masih memeluk sepi sendirian.

Nurul Lutfia adalah seorang perempuan penikmat satra kelahiran Cerebon 16 Maret 1993


Demikianlah Apresiasi Puisi Karya Penulis Lokal diatas semoga dapat menginspirasi teman-teman sekalian Penikmat Puisi.

Komentar